Sabtu, 29 Januari 2011 di 21.13 Diposting oleh jovan.kinz 0 Comments

Komik seperti yang sudah kita kenal memang muncul sebagai sebuah bacaan yang sangat digemari anak-anak. Hal ini beralasan mengingat kemasan dan tampilan komik itu sendiri yang menarik. Komik memang berhubungan dengan gambar atau ilustrasi. Ilustrasi yang digunakan pun memang sangat menarik perhatian anak-anak.

Kita tahu bahwa bagi anak-anak, visual mempunyai daya tarik yang tinggi. Visual membantu anak memancing imajinasi. Dengan bantuan gambar atau ilustrasi maka anak seperti mengintip ke dalam sebuah jendela kecil yang menstimuli imajinasi anak dalam membayangkan jalannya cerita.
Perkembangan penggunaan gambar dan ilustrasi dalam cerita ini makin besar dan makin beragam cara penggambarannya. Dalam sejarahya buku cerita berilustrasi atau yang sering disebut cerita bergambar (cergam) punya kisah yang cukup lama. Cerita bergambar dimulai kira-kira awal abad 19, tidak lama ketika dunia percetakan diperkenalkan dengan teknik cetak dengan menggunakan batu (lithography) di Perancis. Sebuah teknik cetak dengan cara menggambar di atas batu dengan pinsil berminyak yang kemudian mencetakkannya ke atas kertas dengan tinta dengan bahan dasar air.

Perkembangan korelasi antara cerita dan gambar ini makin berkembang dari buku cerita bergambar hingga komik strip dan buku komik. Seiring kemajuan teknik dalam percetakan maka perkembangan teknik atau gaya gambar pun makin beragam. Sejalan dengan perkembangan gaya gambar tadi para ilustrator atau komikus mulai menemukan mengembangkan gaya gambar dengan maksimal. Perkembangan ini pun mulai merasuk ke dalam kultur masyarakat. Hal ini menjadi relevan ketika hubungkan dengan penjelasan bagaimana sebuah komik, sebagai bacaan anak-anak sangat mempengaruhi pertumbuhan imajinasi dan cara berfikir anak. Kita tahu dalam pertumbuhan berfikir anak, visual mempunyai kemampuan stimuli yang cukup tinggi. Dari kemampuan ini si anak pun mempunyai kemampuan mengingat apa-apa yang pernah dilihat secara bawah sadar. Dengan demikian seorang anak kadangkala dengan tidak sadar melakukan hal-hal yang pernah ia lihat dalam sebuah komik. Atas pertimbangan ini pula lah maka komik bisa diposisikan sebagai sebuah barang haram yang konon katanya mampu merusak kegiatan anak-anak. Komik bisa membuat anak menjadi asik sendiri dengan dunianya sendiri. Namun ketika hal itu ditarik lebih ke belakang lagi maka makin tampak jelas bahwa kekhawatiran ini lebih beralasan jika diarahkan kepada setiap media, baik media bacaan maupun media tontonan yang menjadi konsumsi anak. Dengan demikian sangatlah menjadi tidak beralasan ketika komik dijadikan bacaan yang dianak-tirikan. Apa betul komik ini merusak pendidikan anak?

Manga, adalah sebutan komik dalam bahasa Jepang atau anime sebagai sebutan untuk animasi. Perkembangan manga sungguh sangat menjadi fenomena dalam perkembangan dunia komik seantero jagat. Manga berkembang di dunia komik sebagai sebuah gaya gambar yang mempunyai ke khas-annya sendiri. Gaya gambar manga seperti yang pernah kita lihat sangat gamblang dengan ekspresi gerak maupun karakter. Karakter yang unik dari manga, seperti mata besar dan model rambut tajam sepertinya menjadi ketertarikan sendiri bagi kalangan penggemar komik. Yang hebatnya, gaya manga ini bukan saja digemari oleh kalangan anak-anak namun sudah merasuk pula ke kalangan dewasa. Kajian lain yang lebih dahsyat dari gaya manga ini adalah sudah masuknya kajian manga ke wilayah budaya atau kultur. Manga mampu mewakili kultur darimana komik itu berasal, yaitu Jepang. Dengan perkembangan gaya manga di banyak aspek kebudayan maka manga juga mempengaruhi budaya-budaya lainnya. Perkembangan manga sudah memberikan banyak pengaruh kepada kebudayaan pop masa kini. Ada banyak komik-komik dari negara di luar Jepang yang terpengaruh dengan gaya manga ini. Seiring perjalanan komik itu pun maka perkembangan gaya manga ini pun bercampur dengan gaya-gaya komik lainnya yang kini menghasilkan gaya-gaya perpaduan komik.

Tidaklah heran kalau saat ini manga sudah menjadi bagian dari komik dunia dan bukan dominasi gaya Jepang saja. Hal ini bisa nampak dari banyaknya bermunculan komik-komik Amerika yang begaya manga, begitupun dengan komik-komik yang sekarang bermunculan kembali di Indonesia hampir semuanya bergaya manga.

Perkembangan manga di Indonesia bisa dibilang bukan barang baru. Manga diperkenalkan di Indonesia sudah cukup lama sekitar awal tahun 90-an. Ketika itu ada banyak komik Jepang yang hadir di pasaran Indonesia seperti Kung Fu Boy, Candy-Candy, Akira, dan lainnya. Perkembangan komik Jepang manga ini makin lama makin besar pertumbuhannya. Pertumbuhan manga di Indonesia sangatlah besar. Hal ini tercatat dari tingginya angka penjualan komik Jepang yang sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ada banyak sekali judul yang bisa kita temukan di pasar komik Indonesia. Begitupun dengan bermunculannya komikus Indonesia bergaya manga, dari beberapa yang kita kenal diantaranya adalah Calista, yang lahir pada 25 September 1981 adalah seorang komikus muda Indonesia yang menghasilkan manga-manga bergaya shoujo (remaja perempuan). Mahasiswi dari Universitas Petra Surabaya ini sudah menghasilkan beberapa judul komik diantaranya Past Promise, White Castle, Love Flies, dan masih banyak lagi. Kesemua komiknya diterbitkan oleh Elex Media Komputindo.

Nampaknya komik dan mangapun bisa sangat mempengaruhi aspek fashion dan lifestyle di kehidupan remaja. Pengaruh ini bisa berupa gaya bicara, model pakaian, asesoris, baju, sepatu dan masih banyak lainnya. Ini lah yang kita sebut tadi bahwa manga sudah menembus batasannya sebagai gaya komik akan tetapi lebih dari itu manga sudah menyusup ke dalam produk-produk buadaya lainnya seperti film, musik, dan fashion. Saat itu lah manga sudah menjadi kajian terpisah sebagai budaya pop.

0 Responses so far.

Posting Komentar